Minggu, 01 Juni 2014

Alam Dewa dan Manusia



Hidup yang Singkat di Alam Manusia

Lima puluh tahun di alam manusia sama dengan satu hari di alam dewa Catumaharajika, setengah hari di alam dewa Tavatimsa, enam jam di alam dew Yama, tiga jam di alam dewa Tusita, satu setengah jam di alam dewa Nimmanarati, dan empat puluh lima menit di alam Paranimita-vasavatti.
Walaupun hidup manusia sangat singkat, tersedia kesempatan untuk mengumulkan perbuatan baik yang istimewa supaya bisa terlahir di alam dewa dan brahma yang berumur panjang, bahkan untuk terbebas selamanya dari alam rendah. Inilah sebabnya mengapa kehidupan sekarang ini sebagai manusia adalah kehidupan yang mulia.


Alam Bahagia para Dewa dan Brahma

Para dewa dan brahma tidak dikandung dalam rahim seorang ibu sehingga tidak menderita selama sembilan bulan atau sepuluh bulan seperti seorang manusia karena pengaruh perbuatan baik yang telah mereka lakukan dalam kehidupan-kehidupan sebelumnya. Para dewa muncul dengan bahagia di dalam istana* mereka seakan terbangun dari tidurnya dan turun dari langit seperti devaputta yang berumur 20 tahun atau devaditha yang berumur 16 tahun.
Para dewa dari enam alam dewa, sesuai dengan perbuatan baik mereka, memiliki umur sampai ribuan tahun usia dewa. Untuk para brahma, usia mereka bisa berkappa-kappa**. Disana tidak ada cuaca buruk, yang ada hanya iklim yang sejuk dan menyenangkan.
Mereka bisa dengan mudah memperoleh pakaian, makanan, dan minuman yang mereka inginkan, cukup hanya dengan mengarahkan pikiran saja, maka semuanya bisa mereka peroleh dengan mudah.
Para dewa dan brahma tidak mengalami usia tua seperti halnya kita. Tidak seperti manusia, para dewa tidak terlihat ompong, beruban, tuli, atau rabun. Mereka selalu tampil anggun dan menawan.
Kehidupan kita sekarang sebagai manusia dibandingkan dengan kehidupan di alam dewa dan brahma adalah kehidupan yang paling mulia di mana kita dapat mengembangkan dhamma yang baik seperti keyakinan (saddha), menjadis eorang manusia yang mulia, dan menutup pintu ke alam yang rendah. Kehidupan manusia sebagai kehidupan yang paling mulia dinyatakan dalam tiga pesanyang diucapkan para dewa ketika ada dewa yang hampir habis usianya.

·         *Tidak semua dewa memiliki istana di khayangan. Misalnya dewa Catumaharajika tinggal di rumah-rumah , pohon, gunung, dan lain-lain.

** Kappa (aeon)=masa dunia atau siklus dunia.
Antarakappa= waktu yang dibutuhkan dari proses umur seorang manusia dari 10 tahun sampai ribuan tahun, lalu kembali sampai 10 tahun lagi.
Asankheyyakappa= 20 antarakappa
Mahakappa= 4 asankheyyakappa
(This Noble Life)

Dupa



Dupa adalah simbol yang menandai semangat dari kesucian dan persembahan diri sendiri. Dupa memiliki potensi untuk menghasilkan keharuman hanya ketika di bakar dupa menyebarkan bau wanginya. Ketika seseorang membakar dupa, akan terpikir bahwa seperti dupa yang terbakar ini, merupakan kesenangan menyebarkan bau wangi. "Saya akan mempersembahkan tubuh saya untuk tujuan yang tertinggi, lebih dari diri saya sendiri".

Seseorang yang selalu punya keinginan untuk pergi lebih dari setengah jalan untuk membantu orang lain, yang bersahabat dan ramah tamah, orang seperti ini selalu disukai oleh orang lain dan dupa menyebarkan keharumannya.
http://farm1.static.flickr.com/128/357154433_fd4359f786.jpg
Dupa mempunyai warna-warna dan keharuman yang berbeda. Beberapa jenis dupa berbentuk bubuk halus, yang lainnya berbentuk batangan atau bentuk kue dengan bau yang berbeda. Juga dalam macam-macam warna ungu, hitam, kuning, hijau dan coklat. Tetapi tanpa memandang bau atau warna ketika dupa dibakar bau dan warnanya berubah dan menjadi satu dalam asap.

Ini lambang dari individu yang mementingkan diri sendiri atau ego untuk bersatu dengan semua yang lainnya, untuk menyatu dengan kehidupan. Dupa digunakan dalam pengertian yang sama dengan persembahan bunga. Dipersembahkan untuk mengenang Sang Buddha. Ini adalah bentuk lain dari meditasi.






Sumber: Give Light and People Will Find The Way