Minggu, 11 Januari 2015

Tujuh Minggu Setelah Penerangan Agung


Selama minggu pertama, Sang Buddha duduk bermeditasi di bawah pohon Bodhi dan menikmati keadaan Nibbana, yaitu keadaan yang terbebas sama sekali dari gangguan batin, sehingga batin-Nya tenang sekali dan penuh kedamaian.

Selama minggu kedua, Sang Buddha berdiri beberapa kaki dari pohon Bodhi dan memandanginya terus menerus dengan mata tidak berkedip selama satu minggu sebagai ucapan terimakasih dan penghargaan kepada pohon yang telah memberiNya tempat untuk berteduh sewaktu berjuang mencapai tingkat Buddha.

Selama minggu ketiga, Sang Buddha berjalan mondar-mandir di atas jembatan emas yang diciptakanNya di udara, karena melalui mata dewaNya Sang Buddha mengetahui bahwa ada dewa-dewa di surga yang masih meragukan apakah beliau benar telah mencapai Penerangan Sempurna.

Selama minggu keempat, Sang Buddha berdiam di kamar batu permata yang diciptakanNya. Di kamar itu Sang Buddha bermeditasi mengenai Abhidhamma.Batin dan jasmaniNya telah menjadi demikian bersih sehingga mengeluarkan sinar sinar berwarna biru, kuning, merah, putih, jingga, dan campuran kelima warna tersebut.

Selama minggu kelima, Sang Buddha bermeditasi di bawah pohon Ajapala Nigrodha (pohon beringin). Disinilah tiga anak Mara (Tanha, Arati, Raga) berusaha menggangguNya. Mereka menampakkan diri sebagai tiga gadis elok dan menggiurkan dengan berbagai macam tarian diiringi nyanyianyang merdu dan bisikan merayu, berusaha menarik perhatian Sang Buddha, tetapi Sang Buddha menutup mataNya dan tidak mau melihat. Hingga akhirnya tiga dewi hawa nafsu itu meninggalkan Sang Buddha.

Selama minggu keenam, Sang Buddha bermeditasi di bawah pohon Mucalinda. Waktu itu turun hujan lebat, datanglah seekor ular kobra yang besar sekali dan melilitkan badannya tujuh kali memutari badan Sang Buddha dan kepalanya memayungi Sang Buddha supaya jangan terkena hujan. Setelah hujan berhenti, ular itu berubah bentuk menjadi seorang anak muda. Waktu itu Sang Buddha menucapkan kata-kata sebagai berikut : “Berbahagialah mereka yang bisa merasa puas. Berbahagialah mereka yang dapat mendengar dan melihat kesunyataan. Berhagaialah mereka yang bersimpati kepada makhluk-makhluk lain di dunia ini. Berbahagialah mereka yang hidup di dunia dengan tidak melekat kepada apapun dan mengatasi hawa nafsu. Lenyapnya ‘Sang Aku’ merupakan berkah tertinggi.”

Selama minggu ketujuh, Sang Buddha bermeditasi di bawah pohon Rajayatana. Pada hari ke 50 pagi hari, setelah berpuasa tujuh minggu, dua orang pedagang lewat di dekat tempat Sang Buddha duduk. mereke Tappussa dan Bhallika, menghampiri Sang Buddha dan mempersembahkan makanan dari beras dan madu. Setelah Sang Buddh aselesai makan, kedua pedagang itu memohon agar diterima sebagai pengikut. Mereka diterima sebagai upasaka-upasika pertama yang berlindung kepada Sang Buddha dan Dhamma.